Selasa, Juli 13, 2010

Becak Revolusi


Aku melaju dengan kecepetan yang tidak cukup kencang, karna aku tergolong pemula sebagai pengendara motor, lagi pula aku belum siap untuk memacu adrenalinku meski hanya beberapa menit saja. aku menelurusi jalan demi jalan dengan perasaan tenang, di balik slayer pelindung yang ku pakai, aku tersenyum. Tak banyak yang tau aku melakukannya, karna setengah dari wajahku tertutup. Hmm... Cukup mataku yang berbicara bahwa aku tidak sedang dalam keadaan sedih.

Aq memperlambat laju motorku, karna lampu lalu lintas berganti berwarna merah. aku diusik oleh suara bising dari sebelah. aku menoleh. Dari depan aku mengenalinya itu becak, kendaraan yang kuharap tak kan pernah punah dari kota kecilku ini. namun, dibelakangnya bukan selayaknya becak seperti biasanya, melainkan motor yang disetting menjadi becak. Bising, dan mengeluarkan banyak asap. Kutebak, itu motor tua, yang diproduksi sebelum tahun 90. aku memperhatikan dengan seksama setiap detail Dari becak modern tersebut. Hmm... Aku kurang suka dengan kendaraan model begini.
Lampu merah telah berganti hijau, sisa delapan detik sebelum warnanya berganti lg. difikiranku terus di isi dengan sosok kendaraan yang kulirik tadi, ku sebut saja becak revolusi. aku tak setuju dengan becak revolusi tersebut. Karna ku anggap becak itu menyalahi kodratnya sebagai becak. Kembali aku melihat sekelilingku, tukang becak yang lain mengayuh sepeda dengan kekuatan yang ia punya, dan tidak mengeluarkan gas yang menambah polusi kota. Itulah yang pantas di sebut becak. Two thumb for Mr.Becak!

Kembali pada becak revolusi. Entah mengapa, aku benar2 tidak setuju dengan kehadirannya ditanah jogja ini. Aku ga mau suatu saat semua becak berubah menjadi becak revolusi, yang dengan senang hati membuat paru2 kita tersumbat dengan asap2 kendaraan. Mungkin sang pencipta Becak revolusi itu tidak sadar atau tidak mau sadar akan pengaruh kreatifitasnya di dunia perbecakan tanah air (hahaha). dari jaman jepang menjajah negara kita, becak y becak, dikayuh dengan tenaga manusia, dan enggan untuk menghasilkan polusi, apa lagi mengusik masyarakat dengan kebisingannya. Semoga, hanya 1 becak revolusi yang ku temui dikota istimewa ini.

1 comments:

heri hariyadi on 16 Juli, 2010 17:19 mengatakan...

itu sih ide kreatif tapi cara penggunaanya yang kurang tepat,coba klo becak revolusi itu pake bahan bakar gas....atau air....

Posting Komentar

Exchange Link


Copy and Paste this code into your page, and leave message in my Chatbox
 

Lusi's Story... Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez